[ Akulah Pilu Yang Dihembus Angin Bulan Desember ]
(i) Aku adalah tetesan air dalam derasnya rinai hujan yang membasahi langit biru di hari minggu kala itu. Melihat dirimu duduk di kursi rotan kesukaan ibumu bersama dengan buku buku cerita peri yang kau genggam di tangan. (ii) Aku adalah hembusan angin malam yang berselimut dingin kala matahari mulai lelah dan berganti dengan bulan. Sambil berlari kesana kemari ditemani pijakan kakimu kala melangkah di jalan panjang menuju arah pulang. Di tengah gelap yang menelan, kau menjadi hal yang paling bersinar. (iii) Aku adalah nyanyian surya yang setia ditemani melodi dari burung putih di jendela kamarmu. Melantun bersama irama irama manis semesta dan bergerak sendu menuju relung hatimu yang beku padaku. (iv) Aku adalah pilu yang tumbuh bersama duri di pekarangan rumahmu, menahan darah kala terinjak. Menelan remuk setengah terpuruk saat melihatmu pergi dijemput harap bersama dia yang engkau peluk erat. (v) Aku adalah bekas bekas rindu yang selamanya tak pernah berujung temu dengan dirimu. (vi